RSS

Berinteraksi dengan Al Qur’an

15 Sep

mohon maaf lama g ngeblog krn lg sibuk bikin skripsi, artikel ini saya dapat dari sebuah majelis

Al-Qur’an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al-Qur’an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah berfirman:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan  apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab ( yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”(Al Maaidah:48).

Al-Qur’an, sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT, mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding kitab suci lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.

Al-Qur’an juga mempunyai maksud dan tujuan yang dibidiknya, diantaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan pola pandang manusia tentang Tuhan, kenabian, dan balasan atas amal perbuatan, serta meluruskan pola pandangan tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga hak-haknya, terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak berpunya.

Al-Qur’an juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya, agar manusia hanya menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada_Nya dalam seluruh urusannya.

Al-Qur’an juga bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya.

Al-Qur’an juga membangun umat yang saleh yang dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi mereka.

Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang saling kenal mengenal dan tidak saling mengisolasi diri, saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan kejahatan dan permusuhan.

Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al-Qur;an ini secara baik dengan menghapal dan mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.

Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya dengan memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT menurukan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar kemampuannya.

Namun yang sayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga dari kekeliruan usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat fatal jika dilanggar.

Tidak selayaknya umat Al-Qur’an mengalami hal yang sama yang pernah terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan oleh Al-Qur’an dalam firman-Nya:

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal” (Al-Jumu’ah:5)

Kita juga harus berlaku baik terhadap Al-Qur’an dengan mengikuti petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum dengan syari’atnya serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi kehidupan individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam berdakwah kepada Allah SWT.

Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab utamanya, dengan bertumpu terutama pada Al-Qur’an itu sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk itu.

Umat kita pada abad-abad pertama, yang merupakan abad-abad yang paling utama, telah berinteraksi dengan baik terhadap Al-Qur’an. Mereka berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik menerapkannya dengan benar-benar dalam kehidupan mereka, dalam bidang-bidang kehidupan beragam, serta berlaku baik pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat. Kehidupan mereka telah diubah oleh Al-Qur’an dengan amat drastis dan revolusioner. Al-Qur’an telah merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian islam, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula. Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka diatas bumi, sehingga mereka kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.

Kemudian datang generasi-generasii berikutnya, yang menjadikan Al-Qur’an terlupakan, mereka menghafal huruf-hurufnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al-Qur’an, tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al-Qur’an serta tidak menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al-Qur’an. Diantara mereka ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka. Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al-Qur’an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan oleh Allah SWT:

“Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(Al-An’am:155)

Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan dan keterpecahbelahan mereka selain dari kembali kepada Al-Qur’an ini. Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah Al-Qur’an sebagai petuntuk:

“Dan siapakah yang lebih besar perkataannya dari pada Allah?.”(An-Nisa:122)

Allahu alam bi shawab.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 15 September 2012 inci Artikel

 

2 responses to “Berinteraksi dengan Al Qur’an

  1. erlianasofiati

    15 September 2012 at 8:59 PM

    Reblogged this on sevenerliana.

     
  2. masrizalblog

    16 September 2012 at 5:35 AM

    Reblogged this on masrizalblog and commented:
    ia

     

Tinggalkan komentar